ASKEB PATOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot-otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaannya disebut juga leomioma, fibromioma atau fibroid (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 387).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat. Karena jaringan ikatnya dominant dan lunak karena otot rahimnya dominant. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian besar mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan (Manuaba, 1998 : 410).
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum dating haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid (menopause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar. Kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche. Hal ini pasti bukan mioma uteri tetapi pembesaran abdomen sebelum menarche. Hal ini pasti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas (Manuaba, 1998 : 410).
Histeroktomi dalam kebidanan biasanya dilakukan dengan meninggalkan adneksa kanan dan kiri. Ligament rotunda kanan dan kiri dipotong kira-kira 1,5 cm dari uterus dan diikat pada potongan medial dan lateral (Sarwono, 2007 : 871)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Akademi Kebidanan diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat :
a. Melakukan pengkajian (Pengumpulan data) pada klien dengan mioma uteri dan histeroktomi
b. Mahasiswa mampu menyusun asuhan kesehatan reproduksi dengan mioma uteri dan histeroktomi
c. Mengevaluasi asuhan kesehatan reproduksi dengan mioma uteri dan histerektomi yang diberikan.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka yaitu mencari sumber dan literatur yang ada di perpustakaan.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar hasil pemeriksaan mudah dipahami dan dimengerti, maka pokok-pokok masalah yang terdapat dalam makalah ini dibagi dalam bab-bab dan sistematikanya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan secara umum dan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
Landasan teori menguraikan tentang konsep dasar mioma uteri dan asuhan kebidanan pada mioma uteri
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian data, diagnosa, masalah potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan rasional, penatalaksanaan rencana tindakan evaluasi
BAB 4 PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi MIoma Uteri dan Histerektomi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yanag berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga lelomioma, fibromioma atau fibroid (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 386).
MIoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat. Karena jaringan ikatnya dominant dan lunak karena otot rahimnya dominant. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian besar mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksan (Manuaba, 1998 : 410).
Histeroktomi dalam kebidanan biasanya dilakukan dengan meninggalkan adneksa kanan dan kiri. Ligament rotunda kanan dan kiri dipotong kira-kira 1,5 cm dari uterus dan diikat pada potongan medial dan lateral (sarwono, 2007 : 871).
2.2 Etiologi
Belum diketahui karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum dating haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid (menopause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas (Manuaba, 1998 : 410).

2.3 Patologi
Berdasarkan teori genitoblast (sel ness) Mayer dan De Snoo, dan rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri terjadi :
1) Berlapis seperti berlambang
2) Lokalisasi bervariasi
a) Subserosa
• Dibawah lapisan peritoneum
• Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan) abdomen (Manuaba, 1998 : 154)
• MEluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi rahim
• Pendarahan berkepanjangan
Akibat pendarahan, penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, mudah terjadi infeksi
3) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
• Terasa berat di abdomen bagian bawah
• Sukar miksi atau defeksi
• Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
• Kehamilan dapat mengalami keguguran
• Persalinan prematuritas
• Gangguan saat proses persalinan
• Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
• Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan (Manuaba, 1998 : 411)

Gambaran mikroskopis mioma uteri
Terdiri dari sel otot spinale dan tersusun sebagai whoart (konde) sel-selnya berukuran sama besar (Ginekologi, 1998 : 154)
Perubahan sekunder pada mioma uteri
1) Degenerasi hyalin
Yang paling sering terjadi, dapat mengenal seluruhnya atau sebagian.
2) Degenerasi kistik
Degenerasi hyalin dapat mengalami pencairan sehingga seluruh tumor terjadi jadi lembek, seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium.
3) Klasifikasi
Terjadi bila ada gangguan sirkulasi, terutama pada myoma uteri tua. Dalam bentuk yang ekstrim dapat jadi keras seperti bahu dikenal dengan sebutan “Wobstone” dengan rotgen dapat dilihat adanya kalisifikasi.
4) Infeksi dan suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karena adanya uccerasi.
5) Necrose
Disebabkan gangguan sirkulasi darah atau infeksi yang hebat atau torn dari tungkai tumor. Jenis necrose yang menarik ialah yang disebut “carnes atau red degeneration terutama ditemukan pada wanita hamil tapi tidak selalu. Sebabnya belum diketahui dengan tepat (Ginekologi UNPAD, 1981 : 154)
b) Intramural
Didalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c) Submukosa
• Dibawah lapisan dalam rahim
• Dibawah permukaan ruangan ovarium
• Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d) Servikal mioma
Tumbuh di daerah serviks uteri

2.4 Jensi-Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat dibagi dalam 3 jenis
1) Mioma submukosa
Tumbuhnya tepat dibawah endometrium paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan hysterektomi, walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu (“ curet bump” benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis itu sering mempunyai tungkai yang panjang sehingga menonjol melalui serviks atau vagina disebut mioma submukosa bertangkai yang dapat menimbulkan “myoma girburt” sering mengalami nekrose atau ucrerasi.
2) Ontensinal/intramural
Terletak pada mimetrium kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3) Subserosa /subperitoneal
Letaknua dibawah tunika serosa. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Kadang-kadang mioma subserose timbul diantara 2 ligamentum latum merupakan myoma intra ligametum yang dapat menekan ureter dan arteri liaka. Ada kalanya tumor ini mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun terlepas dari uterus disebut sebagai parasitic myoma. Myoma subserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi (Ginekologi UNPAD, 1981 : 154)
2.5 Gejala Klinik Mioma Uteri
Gejala klinik mioma uteri adalah :
1) Perdarahan tidak normal
Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi
Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi (Ginekologi UNPAD, 1981 : 156)
2) Degenerasi lemak
Jarang tetapi dapat terjadi pada degenerasi hyalin yang lanjut. Pada kasus kasus lain mungkin disebabkan tumornya merupakan variasi campuran.
3) Degenerasi sarceomaitus
Jarang terjadi
(Ginekologi UNPAD, 1981 : 156)
2.6 Diagnosa Mioma Uteri
Secara sederhana bidan dapat memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinik, yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat gangguan miksi atau buang air besar dan terasa nyeri terutama saat menstruasi.
Pada pemeriksaan dalam bidan dapat menjumpai teraba tumor padat pada abdomen bagian bawah dan pergerakan tumor terbatas atau bebas. Penanganan mioma uteri memerlukan tindakan spesialistis sehingga bidan perlu menetapkan kemungkinan mioma uteri dan melakukan rujukan ke puskesmas, dokter ahli atau ke rumah sakit (Manuaba, 1998 : 411)
2.7 Penatalaksanaan

Histerektomi subtotal Supra vaginal)

1) Memisahkan adneksa dari uterus
• Angkat uterus keluar addomen dan secara perlahan tarik untuk menjaga traksi
• Klem dua kali dan ptong ligementum rotondum dengan gunting, klem dan potong pedekel, tetepi ikat setelah arteri uterina diamanakan untuk menghemat waktu
• Dari ujung potongan ligamentum rotundum buka sisi depan. Lakukan insisi sampai
o Satu titik tempat peritaneum kandung kemih bersatu dengan permukaan uterus bawah di garis tengah
o Peritoneum yang insisi pada seksio sesarea
• Gunakan dua jari untuk mendorong bagian belakang ligamentum rotindum ke depan dibawah tuba dan ovarium di dekat pinggir uterus. Buatlag lubang

2.8 Penanganan Umum
Terapi
1) Konservatif dengan pemeriksaan periodik
Bila seseorang cuanira dengan mioma mencapai menepause masanya tidak mengalami keluhan bahkan dapat mengecil oleh karena itu sebaiknya mengalami keluhan premenopause tanpa gejala diabsevasi saja. Bila mioma besarnya sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi. Walaupun tidak ada gejala/keluhan sebabnya mioma yang besar. Kadang-kadang memberikan kesukaran pada operasi. Pada masa post menopause, myoma biasanya tidak menimbulkan/memberikan keluhan. Tetapi bila ada pembesaran myoma pada masa post menopause harus dicurigai kemungkinan keganasan (Sarcoma)
2) Radioologi
• Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
• Ueterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
• Bukan jenis submucosa
• Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
Jenis radiologi
• Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menupause
• Radium dalam cavum uteri
• X-ray pada ovariua (sasirasi)
Maksud dari radio terapi ialah untuk menghentikan pendarahan
3) Operasi
Myomektomi dilakukan bila masih diinginkan keturunan, sifatnya dilakukan kuretase dulu. Untuk menghilangkan kemungkinan keganasan kerugian :
• Melemahkan dinding uterusruptura uteri pada waktu hamil
• Menyebabkan perlekatan
• Desidif
• Hysteroktomi
Dilakukan pada : mioma yang besar
Multipel
Pada wanita sebaiknya ditinggalkan atau kedua ovarium maksudnya untuk
• Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
• Menjaga gangguan coronoir atau aeterioselerosis umum sebaiknya dilakukan hysteroktomi totalis, kecuali bila keadaan tidak mengizinkan dapat dilakukan hysteroktomi, supravaginalis untuk menjaga kemungkinan keganasan pada tumpul serviks, sebaiknya dilakukan PAP SMEAR pada waktu tertentu (Ginekologi UNPAD, 1981 : 161
2.9 Konsep Ashan Kebidanan Menurut Helen Varney pada pasien Dengan Mioma Uteri
2.9.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
A. Biodata / Identitas
• Nama ibu /nama suami
Nama penderita dan suami ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita sehingga tidak keliru dengan penderita lain (Christina, 1993 : 4).
• Umur ibu / umur suami
Ditanyakan untuk mengetahui resiko tinggi dalam usia reproduksi (Depkes RI, 1995 : 14)
• Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien dengan diketahuinya agama pasien atau klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan (Depkes RI, 1995 : 14)
• Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan sekarang (Depkes RI, 1995 : 14)
• Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan sekarang (Depkes RI, 1995 : 14)

• Alamat
Untuk mengetahui ibu hingga dimana menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama ditanyakan alamatnya agar dapat dipastikan ibu (Christina, 1993 : 84)
Alasan kunjungan
• Mengutarakan alasan pasien datang ke rumah sakit
Keluhan Utama
• Merupakan keluhan yang saat ini dirasakan oleh antara lain berupa terasa nyeri pada usia jahitan bekas operasi
B. Riwayat haid
Menarche : 12 – 16 tahun
Siklus : 20-35 hari
Lama : 5-7 hari
Banyaknya : 50 – 80 cc/hari
Sifat darah : encer, warna merah
Dismenorhea : tidak ada
Flour albus : tidak ada
HPHT : untuk mengetahui kapan ibu terakhir haid
C. Riwayat obstetri yang lalu
Ditanyakan menikah berapa kali, anak berapa orang, slahir spontan/SC, berat badan lahir berapa, laki-laki/perempuan, anak lahir aterm/prematur, ada penyulit/tidak saat persalinan, nifas, kehamilan, berapa lama diteteki, usia anak berapa.
D. Riwayat kesehatan pasien
Untuk mengkaji apakah klien mempunyai riwayat kesehatan yang mempengaruhi penyakitnya saat ini. Misalnya seperti penyakit menurun antara lain : DM, hipertensi dan penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC dan penyakit tumor
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap klien, apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan penyakit menular seperti : hepatitis, HIV/AID, TBC, serta dalam keluarga adakah yang menderita tumor/kanker.
F. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien saat ini dari apa yang dirasakan saat ini dan ditunjang dengan pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium dan USG.
G. Riwayat KB
KB apakah yang pernah dipakai, digunakan oleh ibu apakah pil, suntik, IUD, susuk steril dan lain-lain.
H. Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Pola nutrisi
Makan berapa kali sehari dengan banyak, sedang, sedikit komposisinya apa saja (Nasi, lauk, sayur, buah), minumnya sehari berapa kali
2) Pola eliminasi
BAB berapa kali sehari, konsistensinya lunak/keras/cair, warnanya. BAK berapa kali sehari warannya.
3) Pola Aktivitas
Apa saja yang dikerjakan ibu di rumah sehari-hari seperti mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari antara lain memasak, menyapu, mencuci, mengepel dan lain-lain, apa saja yang dikerjakan ibu di RS apa hanya berbaring, duduk atau berjalan-jalan.
4) Pola istirahat
Di rumah tidur siang/tidak, kalau ya berapa jam, tidur malam berapa jam normalnya + 8 jam di RS ibu tidur berapa jam
5) Pola personal hygiene
Dirumah mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari, cuci rambut berapa kali seminggu, ganti baju berapa kali sehari, cuci rambut berapa kali seminggu, ganti baju berapa kali sehari.

6) Pola Sexual
Berapa kali ibu melakukan hubungan sexual dalam seminggu (Depkes RI, 1995 : 16)
7) Pola spritual
Agamanya apa, ibu saat menjalankan ibadah/tidak
8) Pola sosial
Hubungan dengan suami dan keluarganya, serta masyarakat bagaimana
I. Riwayat psikososial
• Status perkawinan
Kawin berapa kali, umur pertama kawin, lamanya berapa tahun
• Pengambil keputusan dalam keluarga siapa, apa suami, istri atau mertua
2. Data Obyektif
A. Pemeriksaan fisik
1. BB dan TBnya berapa
2. Postur tubuh baimana normal/tidak/ada kelainan
3. Tanda-tanda vital
Tensi : normalnya 90/60 – 130/90 mmHg
Suhu : normalnya 36-37°C
Nadi : normalnya 74-88x/menit
Respirasi : normalnya : 16-24x/menit
4. Keadaan umum : baik/cukup/jelek
Kesadaran : composmentis/somnolen
Keadaan emosional : stabil/tidak
5. Kepala : bersih/kotor, rambut hitam/putih, rontok/tidak, ada ketombe/tidak ada benjolan/tidak
6. Muka : oedem/tidak, pucat/tidak
7. Mata : conjungtiva merah muda/pucat, sklera putih/kuning
8. Telingga : simetris/tidak ada pengeluaran serumen/tidak ada kelainan/tidak
9. Hidung : bersih/tidak, ada polip/tidak, ada sekret/tidak
10. Mulut : bibir kering/tidak, bersih/kotor, ada karies/tidak, ada stomatitis dan ragaden/tidak
11. Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe/tidak
12. Payudara : simetris/tidak, ada benjolan/tidak, konsistensinya lembek/tegang, putting susu menonjol/tidak, hyperpigmentasi pada areola mamae/tidak ada pengeluaran ASI/tidak
13. Abdomen : bekas luka operasi ada/tidak, keadaannya bagaimana, ada tanda infeksi/tidak
14. Genetalia : oedem/tidak, varices/tidak, iritasi/tidak, ada condiloma/tidak terdapat luka parut/tidak, fluxus +/-
15. Anus : bersih/kotor,oedem/tidak
16. Ekstrimitas : atas : simetris/tidak, oedem/tidak
Bawah : simetris/tidak, oedem/tidak varices/tidak
B. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium / USG
2.9.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny ……usia …… tahun dengan mioma uteri
Masalah :
DS : berasal dari hasil anammese pasien yang menunjang diagnosa dengan masalah
DO : berasal dari hasil pemeriksaan petugas diagnosa dan masalah
2.9.3 Antisipasi masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin akan menjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.
2.9.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani dengan tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
• Pasang infus
• Pasang O2
• Kolaborasi dengan dokter
2.9.5 Intervensi
Dx : Ny “…” Usia ….tahun dengan mioma uteri
Tujuan : Setelah dialkukan asuhan kebidanan diharapkan dalam …..
Keluhan dapat berkurang
Kriteria hasil : – keluhan berkurang
– Ku baik
– TTV dalam batas normal
Intervensi yang dapat diberikan pada ibu yang merasa :
1. Lakukan pendekatan terapeutik dengan klien
R/ pendekatan terapeutik akan menciptakan hubungan kerja sama yang baik dan ibu akan kooperatif dalam setiap tindakan yang dilakukan petugas
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga dapat membantu keberhasilan proses kesembuhan dan ibu lebih siap pada tindakan yang akan diberikan
3. Berikan informent consent
R/ sebagai bukti persetujuan tindakan dan rekam medik
4. Berikan dukungan psikologis pada ibu
R/ dukungan psikologis ibu dan keluarga lebih tenang
5. Berikan HE pada ibu tentang
• Istirahat yang cukup
• Personal hygiene
• Makanan yang bernutrisi
R/ pemenuhan kebutuhan dan mengembalikan stamina ibu
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter
Advis : pemeriksaan laboratorium DL
PA
R/ Kolaborasi merupakan suatu bentuk kewenangan dalam melakukan asuhan kebidanan untuk proses penyembuhan
2.9.6 Implementasi
Melaksanaka rencana asuhan yang telah diberikan sesuai dengan diagnosa dan masalah yang muncul.
2.9.7 Evaluasi
Tanggal : ………….. Jam : …………….
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan sesuai dengan diagnosa dan masalah
Evaluasi dengan SOAP
S : berasal dari hasil anamese pada pasien
O : berasal dari pemeriksaan petugas dan laboratorium
A : Ny.”…” usia ….dengan mioma uteri
P : Planing dibuat sesuai diagnosa dan masalah

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
Pada Nn ”N” Usia 47 tahun dengan Mioma Uteri
Post Hysteroktomi Hari ke-1
Di R.S Haji Surabaya

3.1 Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian : 02 Februari 2010 No Reg : 526765
Jam : 09.30 WIB

3.1.1 Data Subyektif
1.DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama Ibu : Nn.”N”
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Ind
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PRT
Alamat : Bakti Husada IV/5 Surabaya
No.telp : –

Alasan Kunjungan : Tidak Ada
Keluhan Utama : Nyeri luka jahitan bekas operasi, lemas, menggigil

B.Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : ± 25 hari, tidak teratur
Lama Haid : 5-6 hari
Sifat Darah : encer, merah
Banyak darah : 2-3X ganti pembalut
Disminorhoe : ya Saat : selama menstruasi
Fluor albus : Tidak ada
C.Riwayat Obstetri Yang Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menikah dan tidak mempunyai anak
D.Riwayat Kesehatan Pasien
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi, DM, dan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS

E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hipertensi, DM, jantung, dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS serta tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.
F. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah sampai ke punggung sejak 11 hari yang lalu, saat menstruasi terasa nyeri banget bahkan keluar darah bergumpal-gumpal serta sering pingsan. Tanggal 1 pebruari 2010 datang ke poli kandungan RSU Haji Surabaya untuk berobat, tetapi dari hasil pemeriksaan ibu dinyatakan menderita mioma uteri dan harus operasi.

G. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah KB.
H. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola nutrisi dan cairan
Sebelum MRS : makan 3x / hari ( nasi, lauk, sayur ) porsi sedang,
minum ± 8 gelas / hari
Selama MRS : ibu tidak makan Karena disarankan dokter untuk puasa.
b) Pola eliminasi
Sebelum MRS : BAB 1x / hari ( padat, kekuningan, bau khas )
BAK 5-6x / hari ( kekuningan, bau khas ) tidak ada
keluhan
Selama MRS : Ibu belum BAB, BAK dengan kateter ±150 cc/hari.
c) Pola aktivitas
Sebelum MRS : Ibu melakukan aktivitas / pekerjaan rumah seperti
Memasak, menyapu , mengepel
Selama MRS : Ibu hanya berbaring di tempat tidur.
d) Pola istirahat
Sebelum MRS : Tidur siang 1- 2 jam, tidur malam 6-7 jam
Selama MRS : ibu hanya berbaring di tempat tidur.
e) Pola personal hygiene
Sebelum MRS : Mandi 2x / hari, ganti baju 2x / hari, gosok gigi 2x /
Hari, keramas 3x/minggu
Selama MRS : Ibu hanya diseka.
f) Pola sexual
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan sexual.
g) Pola Spiritual
Sebelum MRS : Ibu mengatakan selalu sholat 5 waktu dan berdoa.
Selama MRS : Ibu mengatakan tidak bisa melakukan sholat 5 waktu.
I. Riwayat Psikososial
• Status perkawinan tidak ada
• Pengambilan keputusan dilakukan sendiri
3.1.2 Data Objektif

A. Pemeriksaan Fisik
1. Berat Badan : 54 kg TB : 158 cm
2. Postur Tubuh : normal, tegap, gemuk
3. Tanda-tanda vital : TD = 110/80 mmhg
S = 36,9 oC
N = 88 x/ menit
RR = 20 x/menit
4. Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosiaonal: Stabil
5. Kepala : Bersih, rambut hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada masa.
6. Muka : Bersih, tidak oedem, masih pucat.
7. Mata :Bersih, simetris, conjungtiva pucat, skrela putih.
8. Hidung : Bersih, simetris, tidak ada peneluaran serumen.
9. Mulut dan gigi : Bibir tidak kering, bersih, tidak stomatitis, tidak ragarden, tidak karies.
10. Leher : Tidakadda pembesaaran kelenjar tyroid, tidak ada benbungan vena jugularis
11. Ketiak : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
12. Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, konsistensi lembek, tidak ada hiperpigmentasi pada aerola mamae.
13. Abdomen : Ada luka bekas operasi yang menutup kasa, tidak ada tanda-tanda luka infeksi, terasa nyeri pada bekas luka operasi.
14. Genetalia : Tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak iritasi, tidak ada condiluma acuminata, tidak ada luka parut.
15. Anus : Bersih, tidak ada haemoroid.
16. Ekstremetas : Atas: simetris, tidak oedem, jumlah jari-jari kanan / kiri 10.
Bawah: Simetris, tidak oedem, tidak ada varises, reflex kiri positif/kanan positif,jumblah jari kiri/kanan positif.
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 01 Februari 2010
Hematologi
Darah Lengkap :
Hb : 10,1 ( n 11,4-15,1 g/dl)
Hematokrit : 30,7 ( n 150.000-400.000/mm3)
Leukosit : 8.100 ( n 4.300-11.300/mm3)
Trombosit : 258.000 (4.000.000-5.000.000/mm3)
Laju endap Darah : 30 ( n L:0-10 mm; P: 0-20 mm)
Lym : 21 ( n 17,0-48,0 %)
Mono : 6 (n 4,0-10,0 %)
Gra : 73 ( n 43,0-76,0 %)
Kadar Kreatin Strum : 0,75
Kadar Asam Urat : 2,2
Kadar SGOT : 32
Kadar SGPT : 10
Kadar Albumin : 5,2
Tanggal 01 Februari 2010
USG Kandungan
Cor : Ger dan Gnt normal
Pulso : Fibrokalsifikasi supra dan Paralilis kiri
Sinus costophenicur kiri/kanan tajam
Tulang-tulang dinding thorax dan soft tissue normal
3.2 Identifikasi Diaqnosa dan Masalah
Dx : Nn “ N” usia 47 tahun dengan Mioma Uteri post Hysteroktomi hari ke-1
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
Potensial terjadi Pendarahan
3.4 Tindakan Kebutuhan Segera
Tidak ada
3.5 Planning/Intervensi
Tanggal : 02 Februari 2010 Jam : 10.30 WIB
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam 1×24 jam diharapkan tidak terjadi pendarahan
a. Pendarahan berkurang ± 100 cc
b. KU baik
c. TTV dalam batas normal
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisinya baik-baik saja.
R/ Memberi pengetahuan kepada ibu dan keluarga
2. Lakukan pemantauan KU, TTV dan pendarahan
R/ Pemantauan KU, TTV, dan pendarahan dapat mendeteksi secara dini dan untuk mengantisifikasi kegawatdaruratan dan komplikasi
3. Lakukan oservasi output dan input cairan
R/ Deteksi dini komplikasi

4. Anjurkan ibu untuk selalu merndekatkan diri pada tuhannya
R/ Meningkatkan rasa percaya diri dan ketenagan pada ibu
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap
R/ Mobilisasi dapat memperlancar sirkulasi darah dan mempercepat penyembuhan luka
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter
R/ Kolaborasi merupakan suatu bentuk kewenangan dalam melakukan asuhan kebidanan untuk proses penyembuhan.

3.6. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Tanggal : 02 Februari 2010 Jam :11.05 WIB

1. Jam 11.05 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarganya bahwa kondisi ibu sudah mulai membaik
2. Jam 11.08 Melakukan pemantauan KU ibu, TTV, pendarahan
TTV TD: 110/80 mmhg
S/N: 36,5 ºC/84 : RR : 20x / menit
Fluxus +, pendarahan 2x ganti softex
3. Jam 11.15 Melakukan observasi output dan input caiaran, cairan masuk infuse RL : D5=20 tetes
Urine baq 400 cc

4. Jam 11.20 Menganjurkan ibu untuk mendekatkan diri pada tuhannya seperti berdoa dan sembayang 5 waktu
5. Jam 11.23 Mengganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki .
6. Jam 11.30 Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn
Advis :
Puasa
Infus RL: D5 20 tetes
Injeksi : Amoxicilin 3×1 IV
Keterolac: 3×1 IV
Ondacerron: 3×1 IV
Pethidin : IM

3.7 EVALUASI
Tanggal : 02 Februari 2010 Jam : 13.15 WIB
S : ibu mengtakan nyeri yang dirasakan berkurang.
O : KU cukup, kesadaran composmensis, wajah ibu sudah tidak pucat lagi.
Keluhan : Nyeri pada luka bekas operasi berkurang.
TTV : TD: 110/80 mmHg
S : 36.7 oC
N : 84 x/menit
RR: 20 x /menit
Ibu belum Flaktus
Keadaan luka opersai baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.

A :Nn”N” usia 47 tahun dengan Mioma Uteri post hysteroktomi hari ke-2
P : Kolaborasi dengan dokter obgyn
Advis : Infus RL D5 20 tetes
Amoxicillin 3×1 IV
Genta 100 mg
Vit c 2×400
Ketorolak 3×1 IV
Ondacetron 3×1 IV
Pethidin IM
Observasi TTV
Observasi luka jahitan dan lakukan perawatan luka jahitan.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 03 Februari 2010 Jam : 13.15 WIB

S :Ibu mengatakan nyeri bekas luka jahitan operasi berkurang.
O : KU cukup, kesadaran composmentis
TTV : TD= 110/70 mmHG
S =36,5 oC
N = 80 x/ menit
RR = 20 x/ menit
Fluxus(+) sedikit, keadaan luka operasi baik, tidak ada tanda-tanda infeksi
A : Nn”N” Usia 47 tahun dengan Mioma Uteri post Hysteroktomi hari ke-3
P : Diet TKTP
Kolaborasi dengan dokter obgyn
Oservasi TTV, keluhan, Fluxus, keadaan luka operasi.
Perawatan luka operasi

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn “N” usia 47 tahun dengan mioma uteri di RSU Haji Surabaya dapat disimpulkan sbb :
1. Dalam pengkajian data tidak ditemukan kesulitan karena pasien dan keluarga bersifat kooperatif
2. Pada diagnosa Nn “N” usia 47 tahun dengan mioma uteri
Masalah : nyeri apabila kecapean
3. Antisipasi msalah potensial
4. Dilakukan identifikasi kebutuhan segera yaitu kolaborasi dengan dokter
5. Planning dibuat berdasarkan diagnose dan masalah
6. Dalam pelaksanaan tindakan penulis tidak menemui hambatan karena pasien dan keluarga bersifat kooperatif.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Petugas
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain dengan klien dan keluarga.
4.2.2 Bagi Klien/Pasien
Pasien harus dapat bekerja sama dengan baik pada petugas/tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien dapat terpecahkan.
4.2.3 Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Jones-Derek ilewillyn. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Hipokrates. Jakarta : 2001
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : ECG
Prawiroharjdo, sarwono. 2007. Ilmu Kandungan YBP SP : Jakarta : YBP
Johson Ruth-wendy Taylor. 2004. Buku Ajar Praktek Kebidanan : Jakarta EGC

Leave a comment